Rabu, 26 Februari 2014

AYAHKU BUKAN PEMBOHONG

AYAHKU BUKAN PEMBOHONG



Hidup harus terus berlanjut,tidak peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan, biar waktu yg menjadi obat 
Kau tahu, sembilan puluh sembilan persen anak laki-laki tidak pernah lagi mau memeluk ayah mereka sendiri setelah tumbuh dewasa. Padahal sebaliknya, sembilan puluh sembilan persen dari ungkapan hati terdalamnya, seorang ayah selalu ingin memeluk anak-anaknya. (hlm. 256)
Sepertinya fakta tersebut benar adanya. Umumnya, kita lebih dekat dengan ibu dibandingkan dengan sosok ayah. Padahal ayah juga berperan penting bagi anak-anaknya.
Adalah kisah seorang anak yang dibesarkan dengan dongeng-dongeng kesederhanaan hidup. Kesederhanaan yang justru membuat ia membenci ayahnya sendiri. Di saat dia sudah tumbuh dewasa dan juga memiliki anak, dia baru tahu apa arti seorang ayah. Seperti yang telah dilakukan ayahnya dari dulu hingga dia memiliki cucu. Inilah kisah tentang hakikat kebahagiaan sejati.
Dengan kesederhanaan hidup bukan berati tidak ada kebahagian, kebahagian ada pada seberapa besar keberartian hidup kita untuk hidup orang lain dan sekitar, yap seberapa besar kita menginspirasi mereka. Kebahagian ada pada hati yang bersih, lapang dan bersyukur dalam setiap penerimaan.

“…kebahagiaan itu datang dari hati sendiri, bukan dari orang lain, harta benda, ketenaran, apalagi kekuasaan. Tidak peduli seberapa jahat dan merusak sekitar, tidak peduli seberapa banyak parit-parit itu menggelontorkan air keruh, ketika kau memiliki mata air sendiri dalam hati, dengan cepat danau itu akan bening kembali. (hlm. 293)
Hidup sederhana, apa adanya, adalah jalan tercepat untuk melatih hati di tengah riuh rendah kehidupan hari ini. Percayalah, memiliki hati yang lapang dan dalam adalah konkret dan menyenangkan, ketika kita bisa berdiri dengan seluruh kebahagiaan hidup, menatap kesibukan di sekitar, dan melewati hari-hari berjalan, bersama keluarga tercinta.
Selain menara sekolah, gedung perpustakaan adalah bagian paling menarik di Akademi Gajah. Aaakkkjadi pengen jadi pustakawan di Akademi Gajah \(´`)(´`)/
Kami datang ke gedung perpustakaan pukul lima, saat pintu perpustakaan siap ditutup. Petugas dengan tampang tidak ramah, lima belas menit akan menceramahi kami soal berhati-hati, perpustakaan, dan buku-buku ini adalah kekayaan tidak terkira Akademi Gajah sehingga kami harus menghormatinya lebih dari menghormati diri sendiri (hlm. 129)

Retro hanya mengomel selama tiga hari. Pada hari keempat justru asyik membaca saat aku sudah selesai, mengajaknya kembali ke asrama. Ia menemukan bagian yang menyenangkan di perpustakaan. Tiga hari bosan melihatku menggambar, Retro menjelajahi seluruh sudut ruangan, dan ia menemukan satu rak kecil yang tergeletak tidak penting di salah satu pojok perpustakaan. Buku-buku menguning, bau, dengan huruf kecil-kecil khas buku tua berjejer rapi. Rak itu penuh dengan buku cerita. (hlm. 130)
Kisah seorang anak bersama ayahnya dan kehidupan dongeng ini mengingatkan akan buku Harun dan Samudera Dongeng yang ditulis Salman Rushdie. Harun penasaran dari mana ayahnya mendapatkan dongeng-dongeng itu. Rasyid, Ayahnya yang disebut Raja Omong Kosong mengatakan bahwa berasal dari Dongeng yang agung.
Begitupula tokoh aku dalam buku ini, ayahnya selalu memberikan dongeng-dongeng untuk diceritakan; ada si Nomor Sepuluh, Sang Kapten, dan lain-lain. Terlepas dari itu, banyak hikmah yang dapat kita petik setelah membaca buku ini. Selain hubungan antara ayah dan anak, kita diajak untuk merenungi hidup yang hanya sebentar ini, yaitu sebuah kesederhaan. Ada juga selipan moral yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selalu khas Tere Liye. Buku yang saya baca ini telah memasuki cetakan keenam.
Kekuasaan itu cenderung jahat dan kekuasaan yang terlalu lama cenderung lebih jahat lagi. Semua orang cenderung pembantah, bahkan untuk sebuah kritikan yang positif, apalagi sebuah tuduhan serius berimplikasi hukum, lebih keras lagi bantahannya. Bangsa yang korup bukan karena pendidikan formal anak-anaknya rendah, tapi karena pendidikan moralnya tertinggal, dan tidak ada yang lebih merusak dibandingkan anak pintar yang tumbuh jahat. Orang-orang dewasa yang jahat sulit diperbaiki meski dihukum seratus tahun, jadi berharaplah dari generasi berikutnya perbaikan akan datang. Istri, anak-anak dan anggota keluarga lainnya bisa menjadi penyebab sebuah kejahatan dan sebaliknya juga bisa menjadi motivasi besar kebaikan. (hlm. 185)

“…hakikat itu berasal dari hati kau sendiri. Bagaimana kau membersihkan dan melapangkan hati, bertahun-tahun berlatih, bertahun-tahun belajar membuat hati lebih lapang, lebih dalam, dan lebih bersih. Kita tidak akan pernah bisa merasakan kebahagiaan sejati dari kebahagiaan yang datang dari luar hati kita. Hadiah mendadak, kabar baik, keberuntungan, harta benda yang datang, pangkat, jabatan, semua itu tidak hakiki. Itu datang dari luar. Saat semua itu hilang, dengan cepat hilang pula kebahagiaan. Sebaliknya, rasa sedih, kehilangan, kabar buruk, nasib buruk, itu semua datang dari luar. Saat semua itu datang dan hati kau dangkal, hati kau seketika keruh berkepanjangan.

0 komentar:

Posting Komentar